Puasa dan Kesalehan Sosial

Marhaban ya Ramadhan.  Selamat datang bulan Ramadhan.  Bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam sedunia, bulan yang memberikan rahmat, hidayah dan ampunan.  Bulan dimana setiap orang mempersiapkannya untuk berlomba-lomba beramal dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.  Salah satu hikmah puasa adalah menciptakan, mempererat dan mengembangkan ikatan tali persaudaraan.  Dalam bulan puasa ini, setiap hamba Allah berupaya sebanyak-banyaknya melaksanakan ibadah dan beramal dalam rangka meningkatkan derajad ketaqwaan sekaligus menunjukkan kasih sayang kepada sesamanya sebagaimana kasih sayang Allah kepada umatnya.  Sebagian orang ramai-ramai mendatangi masjid untuk beribadah, yang lain bersedekah ke keluarga miskin, anak yatim, atau ada pula bersilaturahim ke sanak saudara dan handai  taulan.

———Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah maka Allah akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yang dirahasiakannya maka Allah akan memperbaiki apa yang dilahirkannya (terang-terangan). (HR. Al Hakim)
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim)————————————————

Ibadah dan amalan tersebut tidak mungkin terlaksana tanpa kesadaran penuh atau kepasrahan total kepada Allah.  Dalam posisi itu, hamba Allah mampu menempatkan diri dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia secara kondusif.  Ia tahu dan mampu mentransformasikan diri dari makhluk Tuhan ke dalam ke  kehidupan yang senantiasa berorientasi kepada kemanfaatan sosial.  Sebagai makhluk, hamba Allah senantiasa menyadari dirinya lemah dan tidak punya apa-apa.  Ini dimaknai  pula dalam hubungan sosialnya.  Ia merasa tidak punya makna tanpa dukungan, bantuan dan peran manusia lainnya.  Dokter tidak bisa bekerja tanpa kerjasama dengan perawat.  Jenderal tidak berfungsi tanpa ada anak buah.  Guru/dosen tidak dapat menjalankan tugas tanpa siswa/mahasiswa.  Kiyai tidak dihargai tanpa kepercayaan santri.

———Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang pada hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang shaleh maka Allah menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertakwa. (HR. Ath-Thabrani dan Muslim)
Agama ialah keikhlasan (kesetiaan atau loyalitas). Kami lalu bertanya, “Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw menjawab, “Kepada Allah, kepada kitabNya (Al Qur’an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam.” (HR. Muslim)——–

Sungguh tidak mudah menjadi hamba Allah yang pasrah total kepada Allah.  Hal ini membutuhkan latihan.  Latihan (dan pendidikan) yang sistematis dan membutuhkan (metode) keteladanan, ilmu dan diuji waktu.   Keteladanan orang tua, guru atau panutan sangat membantu peserta didik untuk memasuki tahapan kepasrahan.  Orang tua yang menunjukkan keteladanan satunya kata dan perbuatan; kerendahan hati, sikap ikhlas, tangguh dan bekerja keras; adalah panduan nyata bagi anak untuk belajar dari rumah.  Lingkungan sosial yang saling menghargai dan menghormati, dapat menjadi teladan nyata warganya untuk mempercayai sistem.

Ilmu agama dan ilmu dunia dapat mengurai secara nyata kedudukan manusia dan Allah.  Ilmu dunia memandu manusia menjalankan fungsi sebagai kalifah.  Ilmu agama menunjukkan kepada manusia arah yang benar dalam kekalifahannya, batas-batas ketidak mampuannya, serta hanya (pasrah) kepada Allah memohon perlindungan dan pertolongan.

Sebagaimana proses pembelajaran umumnya, waktu akan membuktikan apakah seseorang pasrah total, setengah-setengah atau hanya pasrah pura-pura kepada Allah.  Karena itu, agar hasil pembelajaran dapat memberi hasil nyata.  Pembelajaran pasrah total kepada Allah harus dilakukan sejak usia dini.  Orang-orang tua jaman dahulu sejak dini mengirimkan anaknya kepada pesantren, atau berguru kepada lembaga-lembaga pendidikan.  Anak belajar dalam disiplin yang ketat, kondisi yang terbatas; sehingga tidak ada lain selain hanya perlindungan dan pertolongan dari Allah yang membuat mereka bertahan.  Dalam suasana ‘prihatin’ itulah, sejak dini anak-anak terlatih hanya Allah yang menolong mereka.  Dengan kata lain anak-anak muda tersebut telah memiliki  pemahaman yang mendalam tentang definisi pertolongan dari Allah.

———Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah (ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Siapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Muttafaq ‘alaih)————————————————

Dalam suasana Ramadhan ini, tentu saja akan banyak hikmah yang diperoleh.  Mari kita berprasangka positif, kita berupaya memperoleh hikmah dengan menjadi teladan untuk diri sendiri.  Kita juga dapat memperdalam ilmu.  Kita manfaatkan waktu selama sebulan penuh ini untuk mengikuti proses pembelajaran total kepada Allah.  Kita tingkatkan kualitas peribadatan, kita perkuat tali silaturahim dengan saudara-saudara kita semua, di dalam keluarga, di kantor dan lingkungan lainnya.

Apa yang kita dapatkan saat ini adalah hasil doa kedua orang tua dalam sujud malamnya, doa anak istri dalam kesehariannya, doa orang-orang yang kita lapangkan dari kesempitannya, doa fakir miskin yang pernah kita santuni, doa seseorang yang pernah kita berikan senyum tulus dan kasih sayang/keagungan Allah yang mengabulkan doa atas segala kebaikan kita.

Mohon maaf lahir dan batin.  Selamat menjalankan ibadah puasa 1432H.  Semoga segala amal ibadah kita diterima dan dosa-dosa kita diampuni Allah SWT.

Bacaan pendukung:

http://www.paranormalasia.teks.tv/mengenal-derajat-kualitas-kepasrahan-diri-kep

Vila Bukit Sengkaling, 31 Juli 2011

3 Responses to Puasa dan Kesalehan Sosial

  1. […] Kestabilan jiwa terbentuk melalui keteraturan penjiwaan mekanisme peribadatan dan amalan.  Peningkatan kualitas hubungan seseorang terhadap Tuhan akan menghasilkan kepasrahan dan keikhlasan.  Hal ini akan ditransmisikan ke dalam kehidupan individu dan sosial yang senantiasa berorientasi […]

  2. Feri says:

    Semoga puasa yang kita jalankan dapat meningkatkan kesalehan sosial….

Leave a comment